MUSEUM
RONGGOWARSITO :
INTERELASI
DAN NILAI PENINGGALAN KEBUDAYAAN
ISLAM
DAN JAWA
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Islam Dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu
: M. Rikza Chamami, M.SI
Oleh :
Diah Ira
Rahmawati (133511024)
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
Interelasi
dan Nilai Peninggalan Kebudayaan Islam dan Jawa
Berikut ini akan
diinterpretasikan nilai-nilai kebudayaan Islam dan Jawa dari segi arsitektur
dari beberapa peninggalan budaya masyarakat Jawa, yakni:
1. Interelasi
kebudayaan Islam dan Jawa dari segi arsitektur
Sebelum Islam
masuk di Jawa, masyarakat Jawa telah memiliki kemampuan dalam melahirkan karya
seni arsitektur, baik yang dijiwai oleh nilai seni Jawa tulen maupun jenis
bangunan lain seperti pada candi, makam, keraton dan lain-lain. Beberapa simbol
termasuk arsitektur yang dihadirkan para Ulama’ pada awal Islam masuk di Pulau
Jawa diwujudkan dalam bingkai budaya dan konsep Jawa yang kemudian memunculkan
kreativitas baru sebagai hasil berasimilasinya dua kebudayaan dan sekaligus
sebagai pengakuan akan keberadaan keunggulan Muslim Jawa dalam karya
arsitektur. Berikut akan di dideskripsikan beberapa peninggalan budaya beserta
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu:
a.
Menara Masjid
Kudus
Menara
Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x
10 meter. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang
kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah diantaranya berwarna biru serta
berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah
lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat
tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M.
Bangunan
dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan kesenian Hindu Jawa karena
bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) kaki, 2) badan, 3)
puncak bangunan. menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit
kecil).
Kaki
dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk
motifnya. Cirri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang
dipasang tanpa perekat semen.teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat
dilihat padabagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi
kayu jati dengan empat batang saka guru
b.
Sirap Atap
Masjid Demak
Sirap
Atap Masjid Demak adalah salah satu bangunan yang memiliki keunikan di
dalamnya. Pada waktu dibangun atas Masjid Demak terbuat dari welit, kemudian
pada tahun 1710 Paku Buana I memerintahkan untuk mengganti welit dengan sirap
dari kayu. Dalam tradisi Jawa atap sirap hanya boleh digunakan pada atap-atap
rumah para bangsawan. Sirap terbuat dari kayu jati tua yang lurus.
c.
Seni Hias
Terakota
Seni
Hias Terakota adalah salah satu kekayaan dan warisan budaya masyarakat Jawa
Tengah yang tidak ternilai harganya. Keberadaannya sudah cukup lama dan telah
memberi warna serta menghiasi kehidupan masyarakat, Seni Terakota terbuat dari
tanah liat yang dibakar, beragam motif sulur. Seni pada masa Islam abad ke XV.
Fungsinya ialah untuk hiasan bangunan.
2. Nilai-nilai
Islam yang terkandung dalam peninggalan budaya Jawa
a.
Menara Masjid
Kudus
Jika
dicemarti secara seksama, bentuk dari menara masjid Kudus sangat mirip dengan
candi. Ada elemen lain yang membuat bangunan berbentuk seperti candi itu
menjadi bertambah unik, yaitu bagian kepala menara yang berbentuk atap tumpang
atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru yang menopangnya. Itu adalah
atap khas rumah Jawa-Hindhu yang setelah diadaptasi oleh ajaran Islam
mengandung makna Iman, Islam, dan Ihsan.
b.
Sirap Atap
Masjid Demak
Masjid
Agung Demak merupakan masjid bercorak Islam yang dibangun oleh para wali yang
berjumlah Sembilan (walisongo) dalam waktu satu malam. Setiap bangunan yang
terdapat dalam Masjud Agung Demak mempunyai nilai-nilai filososofis tersendiri.
Salah satunya ialah keunikan pada bangunan atap dari Masjid Agung Demak
tersebut.
Bagian
atap dari Masjid Demak bersusun tiga Masjid Demak melambangkan orang yang
beriman dimulai dari Mukmin, Muslim, dan Muhsin (iman), serta Islam dan ihsan.
Juga melambangkan tiga tingkatan dalam tasawuf yang dari bawah ke atas
melambangkan Syariat, Tarekat, dan Ma’rifat.
c.
Seni Hias
Terakota
Terakota
merupakan material yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik
dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Terakota mengandung nilai, makna, dan
pengetahuan yang merupakan kearifan lokal yang harus diwariskan agar tidak hilang.
Di dalam Islam, yaitu al-Qur’an yang mengajarkan hubungan sosial sesama makhluk
dan lingkungan yang juga didasarkan pada aspek kearifan lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar