Senin, 28 Desember 2015

MUSEUM RONGGOWARSITO



MUSEUM RONGGOWARSITO :
INTERELASI DAN NILAI PENINGGALAN KEBUDAYAAN
ISLAM DAN JAWA

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam Dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, M.SI

Description: D:\Logo\Logo_uin_walisongo.png


Oleh :
Diah Ira Rahmawati    (133511024)



PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015

Interelasi dan Nilai Peninggalan Kebudayaan Islam dan Jawa

Berikut ini akan diinterpretasikan nilai-nilai kebudayaan Islam dan Jawa dari segi arsitektur dari beberapa peninggalan budaya masyarakat Jawa, yakni:
1.    Interelasi kebudayaan Islam dan Jawa dari segi arsitektur
Sebelum Islam masuk di Jawa, masyarakat Jawa telah memiliki kemampuan dalam melahirkan karya seni arsitektur, baik yang dijiwai oleh nilai seni Jawa tulen maupun jenis bangunan lain seperti pada candi, makam, keraton dan lain-lain. Beberapa simbol termasuk arsitektur yang dihadirkan para Ulama’ pada awal Islam masuk di Pulau Jawa diwujudkan dalam bingkai budaya dan konsep Jawa yang kemudian memunculkan kreativitas baru sebagai hasil berasimilasinya dua kebudayaan dan sekaligus sebagai pengakuan akan keberadaan keunggulan Muslim Jawa dalam karya arsitektur. Berikut akan di dideskripsikan beberapa peninggalan budaya beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu:
a.    Menara Masjid Kudus
Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 meter. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M.
Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) kaki, 2) badan, 3) puncak bangunan. menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).
Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Cirri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen.teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat padabagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru
b.    Sirap Atap Masjid Demak
Sirap Atap Masjid Demak adalah salah satu bangunan yang memiliki keunikan di dalamnya. Pada waktu dibangun atas Masjid Demak terbuat dari welit, kemudian pada tahun 1710 Paku Buana I memerintahkan untuk mengganti welit dengan sirap dari kayu. Dalam tradisi Jawa atap sirap hanya boleh digunakan pada atap-atap rumah para bangsawan. Sirap terbuat dari kayu jati tua yang lurus.
c.    Seni Hias Terakota
Seni Hias Terakota adalah salah satu kekayaan dan warisan budaya masyarakat Jawa Tengah yang tidak ternilai harganya. Keberadaannya sudah cukup lama dan telah memberi warna serta menghiasi kehidupan masyarakat, Seni Terakota terbuat dari tanah liat yang dibakar, beragam motif sulur. Seni pada masa Islam abad ke XV. Fungsinya ialah untuk hiasan bangunan.
2.    Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam peninggalan budaya Jawa
a.    Menara Masjid Kudus
Jika dicemarti secara seksama, bentuk dari menara masjid Kudus sangat mirip dengan candi. Ada elemen lain yang membuat bangunan berbentuk seperti candi itu menjadi bertambah unik, yaitu bagian kepala menara yang berbentuk atap tumpang atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru yang menopangnya. Itu adalah atap khas rumah Jawa-Hindhu yang setelah diadaptasi oleh ajaran Islam mengandung makna Iman, Islam, dan Ihsan.
b.    Sirap Atap Masjid Demak
Masjid Agung Demak merupakan masjid bercorak Islam yang dibangun oleh para wali yang berjumlah Sembilan (walisongo) dalam waktu satu malam. Setiap bangunan yang terdapat dalam Masjud Agung Demak mempunyai nilai-nilai filososofis tersendiri. Salah satunya ialah keunikan pada bangunan atap dari Masjid Agung Demak tersebut.
Bagian atap dari Masjid Demak bersusun tiga Masjid Demak melambangkan orang yang beriman dimulai dari Mukmin, Muslim, dan Muhsin (iman), serta Islam dan ihsan. Juga melambangkan tiga tingkatan dalam tasawuf yang dari bawah ke atas melambangkan Syariat, Tarekat, dan Ma’rifat.
c.    Seni Hias Terakota
Terakota merupakan material yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Terakota mengandung nilai, makna, dan pengetahuan yang merupakan kearifan lokal yang harus diwariskan agar tidak hilang. Di dalam Islam, yaitu al-Qur’an yang mengajarkan hubungan sosial sesama makhluk dan lingkungan yang juga didasarkan pada aspek kearifan lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar